Sabtu, 31 Mei 2014

Urgensi Spiritual Bisnis



Dalam Islam, bisnis tidak hanya diarahkan untuk mencari untung yang sebesar-besarnya dengan menghalalkan segala cara. Tapi Islam juga menekankan kepada keberkahan harta dan cara meraihnya. Motivasi berdagang dalam Islam juga untuk membantu masyarakat menyediakan barang kebutuhannya dan keuntungan yang diharapkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Di dalam Islam juga banyak dijelaskan rambu-rambu dalam berbisnis dan berdagang. Diantaranya: pertama, penjual dan pembeli adalah orang yang sudah akhil balig dan berakal sehat. Kedua, benda yang diperjualbelikan suci dari najis, bermanfaat, serta barangnya dapat diserahkan, kemudian barang yang diperjualbelikan harus milik pribadi atau yang dikuasakan kepada kita sehingga tidak boleh memperjualbelikan barang curian. Ketiga, adanya ijab kabul dengan cara yang pantas.

Di sini dapat kita lihat pentingnya nilai-nilai spiritual dalam dunia bisnis. Tidak salah ketika Hermawan Kartajaya mengatakan, ”sehebat apapun strategi bisnis yang Anda punyai, secanggih apapun tool marketing yang Anda gunakan, semuanya tidak ada gunanya kalau tidak dilandasi oleh nilai-nilai spiritual yang kokoh.” Untuk membangun perusahaan yang berlandaskan nilai spiritual harus diawali dengan menegakkan kejujuran dan etika. 

Disamping itu, Islam juga memberikan penjelasan tentang praktek-praktek perdagangan yang dilarang. Seperti menjual barang dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga umum, membeli barang yang sedang ditawar orang lain, membeli barang orang yang akan berjualan di pasar sebelum dia tahu harga pasar, membeli barang untuk ditimbun atau spekulasi, memperjualbelikan barang untuk maksiat, mengurangi timbangan dan menjual barang yang sudah kadaluarsa.

Kita bisa belajar dari rasulullah bagaimana beliau berdagang dengan tetap berpegang kepada nilai nilai spiritual dan etika bisnis. Beliau terbuka dengan kondisi barang dagangannya. Kalau cacat maka dia bilang cacat, bahkan beliau terbuka dengan biaya produksi atau modalnya. Terkadang beliau meyerahkan kepada konsumen, mau memberi untuk berapa. Namun, walaupun demikian tidak pernah kita mendengar rasul mengalami kerugian dan kebangkrutan dalam bisnisnya.

Oleh sebab itu, tidak akan pernah rugi pedagang yang jujur karena justru konsumen mencari pedagang yang jujur. Yakinlah bahwa kejujuran akan mengekalkan keberuntungan. Sudah banyak contoh kasus yang dapat kita lihat. Bisnis yang tidak dilandasi dengan kejujuran akan berujung kepada kehancuran sedang bisnis yang dilandasi kejujuran akan lebih tahan lama.

Rasulullah bahkan dikenal kejujurannya bukan hanya di kalangan kau muslimin tapi juga di kalangan non muslim dan dikalangan musuh-musuhnya. Sehingga beliau diberi gelar al amin (orang yang dipercaya). Dampaknya, banyak investor yang menitipkan modalnya kepada Muhammad untuk dijadikan modal usaha dengan konsep bagi hasil.

Ada empat prinsip yang dipegang oleh rasul ketika berbisnis. Pertama shiddiq (jujur), kedua amanah (menepati janji), ketiga fathanah, (mempunyai wawasan yang luas), dan keempat tabligh (berkomunikasi). Keempat hal inilah yang membuat beliau sukses dalam menjalankan bisnisnya. Wallahua’lam.***


ReadFull Article ..